Selasa, 31 Januari 2017

BUDIDAYA KAKAO A. Pendahuluan Perkembangan komoditas tanaman cokelat di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat di setiap tahunnya sehingga, diharapkan dapat menduduki tempat yang sejajar dengan komoditas perkebunan lainnya, seperti kelapa sawit, teh, kopi serta karet. “Sejak 1980-an, kakao di Indonesia berkembang pesat” (Amin, 2005:1). Maka dari itu dengan didukung pendapat dari (Tumpal dkk., 1989:1) yang berpendapat bahwa dengan berkembangnya komoditas perkebunan dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada, memenuhi konsumsi dan memperoleh devisa ekspor serta meningkatkan pendapat produsen biji cokelat pada tahun yang akan datang. Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, manusia harus bisa mengembangkan budidaya tanaman cokelat dengan teknik pembudidayaan yang efisien dan praktis. Usaha untuk mendapatkan bibit unggul tanaman cokelat melalui proses hibrida atau proses persilangan dengan tetua-tetua yang unggul yang telah di seleksi dan disesuaikan dengan berbagai habitat yang ada di Indonesia. Tidak hanya itu saja, tetapi perlu usaha perlindungan terhadap hama dan penyakit yang dapat mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan serta pemeliharaan cokelat yang efisien dan tepat pada sasaran. B. Teknik Budidaya Cokelat Sebelum melakukan pembudidayaan tanaman cokelat, sebaiknya harus mengetahui semua yang berkaitan dengan tanaman yang satu ini. Mulai dari klasifikasi tanaman cokelat, syarat tumbuh, pemilihan bibit yang baik, penanaman, pemeliharaan, pemungutan dan pengolahan buah cokelat menjadi kajian makanan dan minuman yang banyak disukai banyak kalangan. 1. Klasifikasi Cokelat merupakan tanaman yang biasanya tumbuh di hutan hujan tropis. Menurut Sunanto (1992:13) Cokelat (Theobroma cacao L) merupakan tanaman yang berasal dari hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Klasifikasi : Tanaman Kakao Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Keluarga : Sterculiaceae Genus : Theobroma Spesies : Theobroma cacao L. Tanaman kakao dahulunya diberi nama “Arborea cacavifera americana” juga sering disebut dengan nama “Amygdalus similis guamalensis” yang akhirnya oleh LINIEUS diberi nama Theobroma cacao L., termasuk ke dalam salah satu anggota genus Theobroma dari familia Sterculiaceae yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Selain Theobroma cacao L masih ada satu anggota lain yang mempunyai nilai ekonomis yaitu Theobroma pentagona Bern. Jenis terakhir ini kurang populer karena coklat yang dihasilkan mempunyai mutu yang kurang baik atau bermutu rendah dibandingkan dengan jenis yang pertama. Jenis kakao yang banyak dibudidayakan adalah jenis/varietas: 1) Criollo (Criollo Amerika Tengah dan Amerika Selatan) yang menghasilkan biji kakao bermutu sangat baik dan dikenal sebagai kakao mulia, fine flavour cocoa, choiced cocoa atau edel cocoa. Varietas ini dibagi menjadi beberapa tipe yaitu : tipe Venezuela, tipe Nicaragua, tipe Jawa, tipe Ceylon / Sri Langka, tipe Samoa, tipe Madagaskar dan tipe Porselin. 2) Forastero yang menghasilkan biji kakao bermutu sedang dan dikenal sebagai ordinary cocoa atau bulk cocoa. Varietas Forastero mempunyai sub varietas yaitu : sub varietas Angoleta, sub varietas Cundeamor, sub varietas Amelonado dan sub varietas Colabascillo. Yang selanjutnya mempunyai tipe Trinitario dan tipe Carupano. 3) Trinitario yang merupakan hibrida alami dari Criollo dan Forastero sehingga menghasilkan biji kakao yang dapat termasuk fine flavour cocoa atau bulk cocoa. Jenis Trinitario yang banyak ditanam di Indonesia adalah Hibrid Djati Runggo (DR) dan Uppertimazone Hybrida (Kakao Lindak) 2. Syarat Tumbuh Kesuburan tanah, kelembapan udara, suhu, dan curah hujan berpengaruh terhadap proses pembuahan tanaman cokelat menurut Sunanto (1992:23). Banyak hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan komoditas yang saya bahas kali ini yaitu komoditas perkebunan. Sejumlah faktor iklim dan kondisi tanah yang bisa menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi dari tanaman cokelat ini. Lingkungan yang tidak sesuai pun dapat mempengaruhi perkembangan tanaman cokelat. Syarat tumbuh tanaman cokelat ini dapat didukung beberapa faktor yang memdukung dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cokelat. Masih dalam pendapat menurut Sunanto (1992:23-24) syarat-syarat yang mendukung pertumbuhan tanaman cokelat yaitu faktor tanah dan faktor iklim. a. Faktor Tanah Komoditas tanaman cokelat dapat tumbuh subur dan menghasilkan produksi buah yang maksimal pada dataran rendah. Menurut Sunanto (1992:23) banyak faktor tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan cokelat. Kondisi tanah pun dapat mempengaruhi pertumbuhan. Kondisi tanah yang baik adalah tanah yang memiliki sifat yaitu: kondisi tanah yang gembur tidak terlalu keras, tanah yang digunakan mengandung humus, bahan organik serta unsur hara yang tinggi, sehingga dapat mencukupi dan menberikan keseimbangan pertumbuhan yang baik. Selain itu, tanah yang digunakan memiliki pH (derajat keasaman) yang optimum tidak melwati batas kemasaman, karena dapat meimbulkan pertumbuhan tanaman yang tidak sesuai. Pertumbuhan tanaman cokelat pun juga harus disesuaikan dengan kemiringan tanah yang ada, karena kemiringan mempengaruhi pertumbuhan tanaman komoditas. Semakin miring suatu lahan bisa mengakibatkan akar dari tanaman tidak dapat berkembang dengan baik dan sempurna. b. Faktor Iklim Tanaman cokelat dapat tumbuh baik di hutan hujan tropis, dimana pertumbuhan dari tanaman cokelat tersebut membutuhkan kelembapan dan suhu yang cukup dan optimal. Menurut (Tumpal dkk, 1989:27) curah hujan merupakan hal yang terpenting karena, berhubungan dengan proses pertanaman dan produksi cokelat. Jika intensitas hujan berlebihan maka mengakibatkan tanaman cokelat mengalami pembusukan dan gampang terkena hama dan penyakit. Jika curah hujan tidak mencukupi akan sangat berpengaruh pada kondisi fisik dan kimia tanah yang disebabkannya tidak tersedianya unsur hara yang cukup. Pengaruh dari temperatur terhadap cokelat erat kaitannya dengan ketersedian unsur hara (air), sinar matahari dan kelembapan. Masih dalam pendapat dari Tumpak dkk (1989:29) dari hasil penelitian, temperatur yang ideal bagi pertumbuhan cokelat adalah 300-320C (maksimum) dan temperature minimumnya 180-210C. Jika temperatur mengalami peningkatan dapat diatasi dengan cara penanaman hutan atau pohon pelindung dan menjaga sistem irigasi agar tetap menjaga pertumbuhan tanaman cokelat. Faktor iklum lainnya yang dapat mempengaruhi adalah sinar matahari. Tumpak dkk, (1989:31) yang berpendapat bahwa cahaya yang berlebihan mengakibatkan proses pertumbuhan yang tidak sempurna. Lingkungan yang baik bagi pertumbuhan tanaman cokelat adalah hutan hujan tropis. Mengapa demikian? Ini disebabkan bahwa tanaman cokelat dalam proses pertumbuhannya membutuhkan naungan atau pohon yang dapat mengurangi intensitas cahaya matahari. 3. Pembibitan Perbanyakan tanaman kakao lebih sering dilakukan dengan cara generatif karena bibit dihasilkan dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak. 3.1 Persyaratan Benih Benih yang baik berasal dari buah berbentuk normal, sehat dan masak di pohon Buah tersebut berwarna kuning, jika diguncang timbul suara dan jika diketuk dengan tangan timbul gema. Bibit yang baik harus memenuhi persyaratan, antara lain: a) Pertumbuhan bibit normal, yaitu tidak kerdil dan tidak terlalu jagur. b) Bebas hama dan penyakit serta kerusakan lainnya. c) Berumur 4–6 bulan. 3.2 Penyiapan Benih Buah dipotong membujur, lalu benih yang berada di bagian tengah diambil sebanyak 20-25. Bersihkan lendir buah dengan meremas-remasnya dalam serbuk gergaji lalu dicuci dengan air dan direndam dengan fungisida. Benih dijemur di bawah sinar matahari. Benih yang baik memiliki daya kecambah sedikitnya 80%. 3.3 Teknik Penyemaian Benih Lokasi bedengan persemaian dibersihkan dari pohon dan rumput serta batu dan kerikil. Ukuran bedengan 1,2 x 1,5 m panjang 10-15 m dan tinggi 10 cm arah utara-selatan. Tanah bedengan dicangkul 30 cm, setelah dirapikan diberi lapisan pasir 5-10 cm dan tepi bedengan diberi dinding penahan dari kayu/batu bata. Bedengan diberi naungan dari anyaman daun alang-alang, kelapa/tebu dengan tinggi atap di sisi Timur 1,5 m dan di sisi Barat 1,2 m. Sebelum disemai benih dicelup ke dalam formalin 2,5% selama 10 menit. Benih dibenamkan (mata benih diletakkan di bagian bawah) ke dalam lapisan pasir sedalam 1/3 bagian dengan jarak tanam 2,5 x 5 cm. Segera setelah penyemaian, benih disiram. Penyiraman selanjutnya dilakukan dua kali sehari dan disemprot insektisida jika perlu. Keping biji terbuka tidak serentak sehingga perlu dibantu dengan tangan. Setelah 4-5 hari di persemaian benih sudah berkecambah dan siap dipindahtanamkan ke polybag. 3.4 Pemeliharaan pembibitan Media pembibitan berupa campuran tanah subur, pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 2:1:1, kemudian media ini diayak dan dimasukkan ke dalam polybag 20 x 30 cm sampai 1-2 cm di bawah tepi polybag. Kecambah yang memenuhi syarat untuk dipindahkan ke dalam pembibitan berkecambah pada hari ke 4-5 dan akarnya lurus. Satu kecambah kakao dimasukkan ke dalam lubang sedalam telunjuk, lalu lubang ditutup dengan media. Polybag berisi kecambah disimpan di lokasi pembibitan dengan jarak 60 cm dalam pola segitiga sama sisi. Supaya tidak bergerak, polibag diletakkan di dalam alur sedalam 5 cm atau ditimbun dengan tanah secukupnya. Pembibitan dinaungi oleh pohon pelindung atau dibuat atap dari anyaman bambu Pembibitan disiram dua kali sehari kecuali jika hujan. Air siraman tidak boleh menggenangi permukaan media. Bibit dipupuk setiap 14 hari sampai berumur 3 bulan dengan ZA (2 gram/bibit) atau urea (1 gram/bibit) atau NPK (2 gram/bibit). Pupuk diberikan pada jarak 5 cm melingkarai batang kecuali untuk urea yang diberikan dalam bentuk larutan. Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida dan fungisida setiap 8 hari. 3.5 Pemindahan Bibit Setelah berumur 3 bulan, bibit dalam polybag dipindahkan ke lapangan dan naungan dikurangi secara bertahap. Bibit yang baik untuk ditanam di lapangan berumur 4-5 bulan, tinggi 50-60 cm, berdaun 20-45 helai dengan sedikitnya 4 helai daun tua, diameter batang 8 mm dan sehat. Dengan jarak tanam 3 x 3 m, kebutuhan bibit untuk satu hektar adalah 1250 batang termasuk untuk penyulaman. 4) Pengolahan Media Tanam 4.1 Persiapan Lahan perkebunan coklat/kakao dapat berasal dari hutan asli, hutan sekunder, tegalan, bekas tanaman perkebunan atau pekarangan. Lahan yang miring harus dibuat teras-teras agar tidak terjadi erosi. Areal dengan kemiringan 25-60% harus dibuat teras individu. 4.2 Pembukaan Lahan Cara penyiapan lahan dapat dengan cara pemberihan selektif dan pembersihan total. Alang-alang di tanah tegalan harus dibersihkan/dimusnahkan supaya tanaman kakao dan pohon naungan dapat tumbuh baik. Untuk memperlancar pembuangan air, saluran drainase yang secara alami telah ada harus dipertahankan dan berfungsi sebagai saluran primer. Saluran sekunder dan tersier dibangun sesuai dengan keadaan lapangan. 4.3 Pengapuran Tanah-tanah dengan pH di bawah 5 perlu diberi kapur berupa batu kapur sebanyak 2 ton/ha atau kapur tembok sebanyak 1.500 kg/ha. 4.4 Pemupukan Pemupukan sebelum bibit ditanam dapat dilakukan guna untuk merangsang pertumbuhan bibit cokelat. Lubang-lubang tersebut perlu diberi pupuk dengan pupuk Agrophos sebanyak 300 gram/lubang atau pupuk urea sebanyak 200 gram/lubang, pupuk TSP sebanyak 100 gram/lubang. Pupuk-pupuk tersebut diberikan 2 (dua) minggu sebelum penanaman bibit cokelat, kemudian lubang tersebut ditutup kembali dengan tanah atas yang dicampur dengan pupuk kandang/kompos. 5) Penanaman 5.1 Teknik Penanaman 5.1.1 Penentuan Pola Tanaman Tanaman kakao mutlak memerlukan pohon pelindung yang ditanam sebagai tanaman lorong diantara tanaman-tanaman kakao. Terdapat dua macam pohon pelindung yaitu:a) Pohon pelindung sementara. Pohon ini diperlukan untuk melindungi tanaman kakao muda (belum berproduksi) dari tiupan angin dan sinar matahari. Jenis pohon yang dapat ditanam adalah pisang (Musa paradisiaca), turi (Sesbania sp.), Flemingia congesta atau Clotaralia sp.b) Pohon pelindung tetapPohon ini harus dipertahankan sepanjang hidup tanaman kakao dan berfungsi sebagai melindungi tanaman kakao yang sudah produktif dari kerusakan sinar matahari dan menghambat kecepatan angin. Jenis pohon yang cocok adalah Lamtoro (Leucena sp.), Sengon Jawa (Albizia stipula), Dadap (Erythrina sp.) dan Kelapa (Cocos nucifera). Pohon pelindung tetap ditanam dengan jarak tanam 6 x 3 m. Jarak tanam yang diajurkan adalah 3 X 3 m2 dengan kerapatan pohon 1.100 batang pohon/hektar. Jarak ini sangat ideal karena nantinya pohon akan membentuk tajuk yang seimbang sehingga tanaman tidak akan mudah tumbang. 5.1.2 Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam dibuat 2-3 bulan sebelum tanam dengan ukuran:a) 40 x 40 x 40 cm untuk tanah bertekstur sedangb) 60 x 60 x 60 cm atau 80 x 80 x 80 cm untuk tanah bertekstur beratc) 30 x 30 x 30 cm untuk tanah bertekstur ringan Lubang dipupuk dengan Agrophos 300 gram/lubang atau campuran urea 200 gram/lubang dan Sp-36 100 gram/lubang. Tutup kembali lubang tanam. 5.1.3 Cara Penanaman 1) Polybag disayat pada bagian sisi atas dan bawah, keluarkan bibit dan media dalam keadaan utuh. 2) Buat lubang untuk tanaman selebar diameter polybag. Letakkan bibit sehingga permukaan media sejajar dengan tanah. 3) Masukkan kembali tanah galian dan padatkan tanah di sekeliling bibit. 4) Topang batang bibit dengan dua potong kayu/bambu. 5) Untuk mencegah gangguan hewan, tanaman kakao harus diberi pagar pengaman dari bambu 5.2 Pemeliharaan Tahap yang dilakukan setelah proses penanaman usai adalah tahap pemeliharaan tanaman seperti: penyulaman, penyiangan atau pengendalian gulma, dan pemupukan. Pemeliharan ini ditujukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman cokelat yang maksimal. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi, yaitu: penyulaman, penyiangan atau pengendalian gulam, dan pemupukan. 5.2.1 Penjarangan dan Penyulaman Penyulaman dapat dilakukan sampai tanaman berumur 10 tahun. 5.2.2 Penyiangan Pengendalian gulma dilakukan dengan membabat tanaman pengganggu sekitar 50 cm dari pangkal batang atau dengan herbisida sebanyak 1,5-2,0 liter/ha yang dicampur dengan 500-600 liter air. Penyiangan yang paling aman adalah dengan cara mencabut tanaman pengganggu.Tujuan penyiangan/pengendalian gulma adalah untuk mencegah persaingan dalam penyerapan air dan unsur hara, untuk mencegah hama dan penyakit serta gulma yang merambat pada tanaman cokelat/kakao. Dalam pemberantasan gulma harus dikaukan rutin minimal satu bulan sekali, yaitu dengan menggunakan cangkul, koret/dicabut dengan tangan. 5.2.3 Pemangkasan Tujuan pemangkasan adalah untuk menjaga/pencegahan serangan hama atau penyakit, membentuk pohon, memelihara tanaman dan untuk memacu produksi. a. Pemangkasan bentuk 1. Fase muda. Dilakukan pada saat tanaman berumur 8-12 bulan dengan membuang cabang yang lemah dan mempertahankan 3-4 cabang yang letaknya merata ke segala arah untuk membentuk jorquette (percabangan) 2. Fase remaja. Dilakukan pada saat tanaman berumur 18-24 bulan dengan membuang cabang primer sejauh 30-60 cm dari jorquette (percabangan) b. Pemangkasan pemeliharaan.Membuang tunas yang tidak diinginkan, cabang kering, cabang melintang dan ranting yang menyebabkan tanaman terlalu rimbun. c. Pemangkasan produksi. Bertujuan untuk mendorong tanaman agar memiliki kemampuan berproduksi secara maksimal. Pemangkasan ini dilakukan untuk mengurangi kelebatan daun. 5.2.4 Pemupukan 1) Pemupukan tanaman belum produksiat berproduksi Kegiatan pemupukan dilakukan sebelum tanaman menghasilkan produksi agar menghasilkan hasil produksi yang sempurna. Menurut Sunanto (1992:50) tujuan dari pemupukan sebelum tanaman cokelat berproduksi adalah untuk menyediakan unsur bagi pertumbuhan vegetatif yang dapat membawa dampak baik pada fase generatif, sehingga terjadi proses pembungaan dan pembuahan yang baik. Dosis pemupukan tanaman yang belum berproduksi (gram/tanaman): Tabel 1: Dosis yang dibutuhkan tanaman muda Umur (bulan) Pupuk (gram per tanaman) ZA TSP KCl Kleserit 2 50 - - - 6 75 50 30 25 12 100 - - - 18 150 100 70 50 24 200 - - - Sumber: Sunanto (1992:50) 2) Pemupukan tanaman sudah produksi Semakin lama pertumbuhan dan perkembangan tanaman cokelat, lama-kelamaan tanah akan kehilangan unsur hara yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman cokelat. Sunanto (1992:50) pun berpendapat bahwa tanah yang lama-kelamaan dapat kehilangan unsur hara, sebab unsur hara tersebut selain selalu diserap juga dapat hilang karena faktor lainnya misal hujan dan panas matahari. Tujuannya dilakukan pemupukan untuk menambah unsur hara yang ada di dalam tanah. Menurut Sunanto (1992:51) tujuan pemupukan pada lahan tanaman cokelat yang sudah berproduksi adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah, Pemupukan ini dapat mengakibatkan pertumbuhan dan produktivitas cokelat yang dihasilkan semakin tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit dan usia produktivitas yang lama. Tabel 2: Dosis yang dibutuhkan tanaman berproduksi Umur (bulan) Pupuk (gram per tanaman) ZA atau Urea TSP KCl 3 2×100 2×50 2×50 2×50 4 2×200 2×100 2×100 2×100 5 2×250 2×125 2×125 2×125 >5 Sama dengan pemupukan tahun ke-5 Sumber: Sunanto (1992:50) 5.2.5 Penyiraman Penyiraman tanaman cokelat yang tumbuh dengan kondisi tanah yang baik dan berpohon pelindung, tidak perlu banyak memerlukan air. Air yang berlebihan menyebabkan kondisi tanah menjadi sangat lembab. Penyiraman pohon cokelat dilakukan pada tanaman muda terutama tanaman yang tak diberi pohon pelindung. 5.2.6 Penyemprotan Pestisida Penyemprotan pestisida dilakukan dengan dua tahapan, pertama bersifat untuk pencegahan sebelum diketahui ada hama yang benar-benar menyerang. Kadar dan jenis pestisida disesuaikan. Penyemprotan tahapan kedua adalah usaha pemberantasan hama, selain jenis juga kadarnya ditingkatkan. Misal untuk pemberantasan digunakan insektisida berbahan aktif seperti Dekametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Sipermetrin (Cymbush 5 EC), Metomil Nudrin 24 WSC/Lannate 20 L) dan Fenitron (Karbation 50 EC). 5.2.7 Penyerbukan Buatan Dari bunga yang muncul hanya 5% yang akan menjadi buah, peningkatan persentase pembuahan dapat dilakukan dengan penyerbukan buatan. Bagian bunga yang mekar digosok denga bunga jantan yang telah dipetik sebelumnya, kemudian bunga ditutup dengan sungkup. Penggosokan dilakukan dengan jari tangan. 5.2.8 Rehabilitasi Tanaman Dewasa Tanaman dewasa yang produktivitasnya mulai menurun tidak diremajakan (ditebang untuk diganti tanaman baru), tetapi direhabilitasi dengan cara okulasi tanaman dewasa dan sambung samping tanaman dewasa. Cara yang kedua lebih unggul karena peremajaan dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat, murah dan lebih cepat berproduksi. Entres (bahan sambungan) diambil dari kebun entres atau produksi yang telah diseleksi, berupa cabang berwarna hijau, hijau kekakaoan atau kakao, diameter 0,75-1,50 cm dan panjang 40-50 cm. Sambungan dapat dibuka setelah 3-4 minggu. 6. Hama dan Penyakit 6.1 . Hama a. Penggerek cabang (Zeuzera coffeae)Bagian yang diserang adalah cabang berdiameter 3-5 cm. Gejala: cabang mati atau mudah patah. Pengendalian: membuang cabang yang terserang, kemudian dengan predator alami: jamur Beauveria bassiana. b. Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp.)Bagian yang diserang buah dan daun muda, kuncup bunga. Gejala: bercak kakao kehitaman berbentuk cekung berukuran 3-4 mm. Pengendalian: membuang bagian yang terserang. Predator: belalang sembah, kepik predator. Selain itu gunakan insektisida Baytroid 50EC, Lannate 25 WP, Sumithion 50 EC, Leboycid 50 EC, Orthene 75 SP. c. Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella atau Cocoa Mot.)Bagian yang diserang adalah buah kakao. Gejala: daging buah busuk. Pengendalian: membuang dan mengubur buah sisa panen dengan serempak, menutupi buah dengan kantung plastik dengan lubang di bagian bawah. d. Kutu putih (Planococcus citri.)Bagian yang diserang adalah tunas, bunga, calon buah. Gejala: timbul tunas tumbuh tidak normal (bengkok). Selain itu terlihat pertumbuhan bunga dan calon buah tidak normal. Pengendalian: gunakan insektisida berbahan aktif monokrotofas, fosfamidon, karbaril. e. Ulat kantong (Clania sp., Mahasena sp.)Bagian yang diserang adalah daun dan tunas. Gejala: tanaman gundul dan kematian pucuk. Pengendalian: dengan parasit Exoresta uadrimaculata, Tricholyga psychidarum . Selain itu gunakan insektisida racun perut, Dipterex dan Thuricide. f. Kutu jengkal (Hyposidra talaca.)Bagian yang diserang adalah daun (muda dan tua). Gejala: habisnya helaian daun, tinggal tulang daun saja. Pengendalian: gunakan insektisida Ambush 2 EC, Sherpa 5 EC (0,15-0,2%). 6.2. Penyakit a. Busuk buah hitamPenyebab: Phytopthora palmivora . Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: bercak kakao di titik pertemuan tangkai buah dan buah atau ujung buah. Gejala pada serangan berat adalah buah diliputi miselium abu-abu keputihan. Pengendalian: dengan cara buah yang sakit diambil, kurangi kelembaban kebun dengan cara pemangkasan. Selain itu gunakan insektisida dengan bahan aktif Cu: Cupravit 0,3% atau Cobox 0,3% atau insektisida bahan aktif Mankozeb: Dithane M-45 dan Manzate 200 0,3% dengan interval 2 minggu. b. Kanker batangPenyebab: Phytopthora pal-mivora. Bagian yang diserang adalah batang. Gejala: bercak basah berwarna tua pada kulit batang atau cabang, keluarnya cairan dari batang atau cabang yang akan mengering dan mengeras. Pengendalian: buah yang sakit diambil, kurangi kelembaban kebun dengan cara pemangkasan. Selain itu gunakan fungisida dengan bahan aktif Cu: Cupravit 0,3% atau Cobox 0,3%. atau ungisida bahan aktif Mankozeb: Dithane M-45 dan Manzate 200 0,3% dengan interval 2 minggu. Keroklah bagian yang sakit dan mengolesinya dengan ter/fungisida. c. Busuk buah diplodiaPenyebab: Botrydiplodia theobramae (jamur). Bagian yang diserang buah. Gejala: bercak kekakaoan pada buah, lalu buah menghitam menyeluruh . Pengendalian: cegah timbulnya luka, buah yang sakit dibuang. Kemudian gunakan fungisida dengan bahan aktif Cu: Vitigran Blue, Trimiltox Forte, Cupravit OB pada konsentrasi 0,3%. d. Vascular Steak Dieback (VSD)Penyebab: Oncobasidium theobromae (jamur). Bagian yang diserang adalah daun, ranting/cabang. Gejala: bintik-bintik kecil hijau pada daun terinfeksi dan terbentuk tiga bintik kekakaoan, kulit ranting/cabang kasar, pucuk mati (dieback). Pengendalian: gunakan bibit bebas VSD, perhatikan anitasi tanaman, kurangi kelembaban, tingkatkan intensitas cahaya matahari dan perbaiki drainase dan pemupukan. e. Bercak daun, mati ranting dan busuk buahPenyebab: Colletorichum sp. (jamur). Bagian yang diserang adalah daun, ranting, buah. Gejala: bercak nekrotik pada daun, daun gugur, pucuk mati, buah muda keriput kering (busuk kering). Pengendalian: peningkatan sanitasi, memotong ranting dan buah yang terserang, pemupukan berimbang dan perbaikan drainase. Kemudian gunakan fungisida sistemik Karbendazim 0,5% dengan interval 10 hari. f. Busuk buah moniliaPenyebab: Monilia roreri (jamur). Bagian yang diserang buah muda. Gejala: benjolan dan warna belang pada buah berukuran 8-10 cm, penumpukan lendir di dalam rongga buah, dinding buah mengeras. Pengendalian: menurunkan kelembaban udara dan tanah, membuang buah rusak. Kemudian gunakan fungisida dengan bahan aktif Cu: Cobox 0,3%, Cupravit 0,3 % selama 3-4 minggu. g. Penyakit akarPenyebab: Rosellinia arcuata R bumnodes, Rigidoporus liginosus, Ganoderma pseudoerrum, Fomes lamaoensis (jamur). Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: daun menguning dan layu, pada leher akar/pangkal batang terdapat miselium. Pengendalian: pembuatan parit isolasi di sekitar tanaman terserang, pemusnahan tanaman sakit. Kemudian oleskan fungisida pada permukaan akar yang lapisan miseliumnya telah dibuang. Fungisida dengan bahan aktif PNCB: Fomac 2, Ingro Pasta, Shell Collar Protectant, Calixin Cp. 7. Panen 7.1. Ciri dan Umur Panen Buah cokelat/kakao bisa dipenen apabila perubahan warna kulit dan setelah fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang ± usia 5 bulan. Ciri-ciri buah akan dipanen adalah warna kuning pada alur buah; warna kuning pada alur buah dan punggung alur buah; warna kuning pada seluruh permukaan buah dan warna kuning tua pada seluruh permukaan buah. Kakao masak pohon dicirikan dengan perubahan warna buah:a) Warna buah sebelum masak hijau, setelah masak alur buah menjadi kuning.b) Warna buah sebelum masak merah tua, warna buah setelah masak merah muda, jingga, kuning. Buah akan masak pada waktu 5,5 bulan (di dataran rendah) atau 6 bulan (di dataran tinggi) setelah penyerbukan. Pemetikan buah dilakukan pada buah yang tepat masak. Kadar gula buah kurang masak rendah sehingga hasil fermentasi kurang baik, sebaliknya pada buah yang terlalu masak, biji seringkali telah berkecambah, pulp mengering dan aroma berkurang. 7.2. Cara Panen Untuk memanen cokelat digunakan pisau tajam. Bila letak buah tinggi, pisau disambung dengan bambu. Cara pemetikannya, jangan sampai melukai batang yang ditumbuhi buah. Pemetikan cokelat hendaknya dilakukan hanya dengan memotong tangkai buah tepat dibatang/cabang yang ditumbuhi buah. Hal tersebut agar tidak menghalangi pembungaan pada periode berikutnya. Pemetikan berada di bawah pengawasan mandor. Setiap mandor mengawasi 20 orang per hari. Seorang pemetik dapat memetik buah kakao sebanyak 1.500 buah per hari. Buah matang dengan kepadatan cukup tinggi dipanen dengan sistem 6/7 artinya buah di areal tersebut dipetik enam hari dalam 7 hari. Jika kepadatan buah matang rendah, dipanen dengan sistem 7/14. 7.3. Periode Panen Panen dilakukan 7-14 hari sekali. Selama panen jangan melukai batang/cabang yang ditumbuhi buah karena bunga tidak dapat tumbuh labi di tempat tersebut pada periode berbunga selanjutnya. 7.4. Prakiraan Produksi Tanaman kakao mencapai produksi maksimal pada umur 5-13 tahun. Produksi per hektar dalam satu tahun adalah 1.000 kg biji kakao kering. 8. Pascapanen 8.1 Pemetikan Buah Buah kakao yang sudah nampak masak di pohon selanjutnya dipetik dengan menggunakan pisau atau gunting tanaman yang tajam. Secara umum jumlah biji dalam setiap buah kakao berkisar antara 20 - 60 biji, tergantung pada besar kecilnya buah kakao yang terbentuk. Di Sulawesi Selatan, untuk mendapatkan 1 kg biji kakao kering (kadar air 8 - 7%) diperlukan sekitar 25 - 35 buah kakao. Produksi tanaman kakao sangat dipengaruhi oleh tingkat kesuaian lahan atau kesuburan lahan dan faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao yang ditanam. Makin besar tingkat kesesuaian lahan maka akan semakin besar pula produktivitas tanaman yang dibudidayakan. Untuk menentukan tingkat kematangan buah dapat dilihat berdasarkan dari perubahan warna kulit buah kakao. Apabila alur pada kulit buah kakao sudah berwarna kuning, maka tingkat kematangannya adalah C, sedangkan jika alur dan punggung buah kakao telah berubah warna menjadi kuning, dimasukkan ke dalam tingkatan kematangan B. Apabila seluruh permukaan buah sudah berwarna kuning atau kuning tua, maka tingkat kematangannya masuk pada tingkat kematangan A dan A+. Petani secara umum atau kebanyakan akan memanen buah kakao jika tingkat kematangannya sekurang-kurangnya sudah pada tingkat kematangan B. Pemetikan buah pada umumnya dilakukan di pagi hari. Buah yang telah dipetik dari pohonnya selanjutnya dikumpulkan pada suatu tempat dan dikelompokkan menurut kelas kematangan, selanjutnya menunggu untuk dilakukan proses selanjutnya yaitu pemecahan kulit buah. Kegiatan tersebut dikenal dengan pemeraman buah. Pemecahan buah. Buah-buah kakao hasil pemanenan yang sudah terkumpul selanjutnya dipecahkan dengan alat pemukul yang terbuat dari kayu. Buah tersebut dipukul dengan punggung dengan arah miring. Bila kulit buah kakao telah pecah atau terbagi dua, kulit bagian ujung dibuang dan selanjutnya dilakukan penarikan biji dari placentanya keluar dari kulit buahnya. Biji yang telah dikeluarkan selanjutnya ditempatkan pada tempat yang telah disediakan / ditempatkan di atas lembaran plastik atau di dalam keranjang bambu. Biji kakao yang masih basah ini secara umum sudah dapat dijual langsung ke pasar, tetapi kalau penjualan ke pasar dalam kondisi seperti ini dikenal dengan penjualan biji basah atau istilah lain sering dikatakan dengan fermentasi tidak sempurna, sehingga harga jualnya rendah. Untuk mendapatkan biji kakao yang berkualitas tinggi dan agar dapat diterima di pasar luar negeri / eksport maka perlu dilakukan pengelolaan biji kakao secara baik yaitu:Fermentasi. Fermentasi yang dilakukan pada biji kakao yang telah dikeluarkan dari kulit buahnya dimaksudkan untuk mematikan lembaga biji agar tidak dapat tumbuh serta untuk menumbuhkan aroma yang khas coklat. Fermentasi dilakukan di dalam suatu wadah/kotak kayu dengan tebal tumpukan biji kakao tidak boleh lebih dari 42 cm. Fermentasi dilakukan secara sempurna kalau pelaksanaannya selama waktu 5 hari dan pada hari kedua harus dilakukan pengadukan/pembalikan. Selanjutnya biji yang telah diaduk-aduk /dibalik tersebut dibiarkan pada tempat fermentasi sampai pada hari kelima. Atau biji kakao basah diperam (difermentasi) selama 6 hari di dalam kotak kayu tebal yang dilapisi aluminium dan bagian bawahnya diberi lubang-lubang kecil dengan cara sebagai berikut: a) Biji ditumpuk di dalam kotak dengan tinggi tumpukan tidak lebih dari 75. b) Tutup dengan karung goni atau daun pisang. c) Aduk-aduk biji secara periodik (1 x 24 jam) agar suhu naik sampai 50° C. Selama proses fermentasi berlangsung, sebagian air yang terkandung dalam biji akan berkurang dan aroma seperti asam cuka akan keluar selama proses fermentasi. Biji yang sudah selesai dalam proses fermentasi selanjutnya diangin-anginkan sebentar atau direndam dan dicuci sebelum dilakukan pengeringan. Perendaman dan Pencucian. Setelah biji kakao selesai dalam proses fermentasi selanjutnya dilakukan perendaman maupun pencucian walau ada pula yang tidak melaksanakan perlakuan ini. Perendaman yang dilakukan pada biji kakao yang telah mengalami proses fermentasi mempunyai pengaruh terhadap proses pengeringan dan rendemen. Karena selama proses perendaman berlangsung, sebagian kulit biji kakao akan terlarut sehingga kulit bijinya akan menjadi lebih tipis dan rendemennya menjadi berkurang. Tetapi dalam proses pengeringannya biji kakao menjadi lebih cepat menjadi kering. Sesudah perendaman selesai dilakukan maka selanjutnya dilakukan pencucian. Tujuan pencucian untuk mengurangi sisa-sisa pulp yang masih menempel pada biji dan mengurangi rasa asam pada biji. Bila kulit biji masih ada sisa-sisa pulp, biji mudah menyerap air dari udara sehingga mudah terserang jamur dan juga memperlambat proses pengeringan. Pengeringan. Pengeringan pada biji kakao yang telah direndam dan dicuci dimaksudkan untuk menurunkan kadar air biji dari sekitar 60% sampai pada kondisi dimana kandungan air dalam biji minimum sehingga tidak dapat terjadi penurunan kualitas biji juga biji tidak mudah untuk ditumbuhi cendawan. Pengeringan yang terbaik dilakukan dengan menggunakan pengering sinar matahari. Umumnya untuk mengeringkan biji kakao untuk mencapai kadar air sekitar 7 – 8 % diperlukan waktu antara 2 - 3 hari, sangat tergantung dari kondisi cuaca saat dilakukan pengeringan. Jika cuaca tidak memungkinkan untuk dilakukan pengeringan dengan menggunakan cahaya matahari maka pengeringan dapat dilakukan dengan alat pengering buatan. 8.2 Penyortiran/pengelompokkan Biji kakao kering dibersihkan dari kotoran dan dikelompokkan berdasarkan mutunya:a) Mutu A: dalam 100 gram biji terdapat 90-100 butir bijib) Mutu B: dalam 100 gram biji terdapat 100-110 butir bijic) Mutu C: dalam 100 gram biji terdapat 110-120 butir biji. 8.3 Penyimpanan Biji kakao basah diperam (difermentasi) selama 6 hari di dalam kotak kayu tebal yang dilapisi aluminium dan bagian bawahnya diberi lubang-lubang kecil dengan cara sebagai berikut:a) Tumpukkan biji di dalam kotak dengan tinggi tumpukan tidak lebih dari 75.b) Tutup dengan karung goni atau daun pisang.c) Aduk-aduk biji secara periodik (1 x 24 jam) agar suhu naik sampai 50 derajat C. 8.4 Pengemasan dan Pengangkutan Biji-biji cokelat yang sudah kering dapat dimasukan dalam karung goni. Tiap goni diisi 60 kilogram biji cokelat kering. kemudian karung-karung yang berisi biji cokelat kering tersebut disimpan dalam gudang yang bersih, kering dan berfentilasi yang baik. Sebaiknya biji cokelat tersebut sudah segera bisa dijual dan diangkut dengan menggunakan truk dan sebagainya. Penyimpanan di gudang, sebaiknya tidak lebih dari 6 bulan, dan setiap tiga bulan harus diperiksa untuk melihat ada tidaknya jamur atau hama yang menyerang biji cokelat. Untuk menjaga agar produk yang disimpan tetap terjaga kualitasnya maka perlu dilakukan pengemasan yaitu dengan: a) Cara pengemasan : kakao dikemas dengan karung goni baik, bersih, bebas hama dan bau asing, dijahit rapat dan kuat dengan benang kapas atau tali goni dengan berat bersih setiap karung 62,5 kg atau 16 karung/ton atau cara lain bila ada persetujuan antara pembeli dan penjual. Untuk produk yang akan dieksport maka perlu diberi tambahan identitas. b) Pemberian merek : nama barang, jenis mutu, identitas penjual, Buatan Indonesia, berat bersih, nomor karung, identitas pembeli, pelabuhan/tempat/negara tujuan. 8.5 Kualitas Produk Kualitas produk kakao perlu mendapat perhatian untuk itu ada beberapa kriteria penentuan Standar produksi yang meliputi: syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, penandaan.dan pengemasan. Standar mutu kakao di Indonesia tercantum di dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-2323-1995. Secara umum Klasifikasi dan Standar Mutu untuk produk kakao adalah sebagai berikut: Klasifikasi berdasarkan jenis tanaman: a). Jenis mulia ( Fine Cocoa/F) b). Jenis lindak (Bulk Cocoa) Sedangkan klasifikasi menurut jenis mutunya, biji kakao dapat digolongkan ke dalam 2 jenis kualitas mutu, yaitu: a). Mutu I b). Mutu II Standar mutu yang lain adalah diklasifikasika menurut berat bijinya yang dinyatakan dalam jumlah biji/100 gram contoh biji kakao diklasifikasikan dalam 5 golongan, yaitu AA, A, B, C, dan S. Berbeda lagi apabila dilihat berdasarkan syarat mutu dinyatakan dalam dua pernyataan, yaitu syarat mutu umum dan khusus. Syarat mutu umum adalah: a). Kadar air (%): maksimal 7,5. b). Biji berbau asap dan atau abnormal dan atau berbau asin: tidak ada. c). Serangga hidup: tidak ada d). Kadar biji pecah dan atau pecahan biji dan atau pecahan kulit (%): maksimal 3 e). Kadar benda-benda asing (%): 0. Sedangkan rincian syarat mutu khusus dapat dilihat pada Standar Nasional Indonesia No. 01-2323-1995. atau standar biji kakao berdasarkan Asosiasi Kakao Indonesia (1990) seperti yang disajikan pada Tabel 1 di bawah ini. 8.6 Penanganan Lain Setelah diperam, biji dicuci agar mengkilap (biji kakao jenis Bulk tidak dicuci) setelah itu dikeringkan sampai kadar airnya 6-7%. Pengeringan bisa dengan sinar matahari atau alat pengering. TUGAS 1. Deskripsikan sejarah tanaman kakao ! Jawab:……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 2. Tuliskan klasifikasi tanaman kakao ! Jawab:……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 3. Jelaskan factor yang mempengaruhi perkembangan tanaman kakao ! Jawab:……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 4. Jelaskan jenis-jenis tanaman kakao yang dibudidayakan ! Jawab:……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 5. Tuliskan syarat-syarat benih tanaman kakao ! Jawab:……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 6. Jelaskan teknik penyemaian benih ! Jawab:……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 7. Jelaskan langkah-langkah dalam pengolahan media tanam ! Jawab:……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 8. Tuliskan tahapan penanaman kakao ! Jawab:……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 9. Jelaskan cara pemeliharaan pada tanaman kakao ! Jawab:……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 10. Jelaskan perbedaan fase muda dan fase remaja ! Jawab:……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 11. Tuliskan jenis hama dan gejala pada tanaman kakao ! Jawab:……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 12. Tuliskan jenis penyakit dan penyebab pada tanaman kakao ! Jawab:……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 13. Deskripsikan pascapanen pada tanaman kakao ! Jawab:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar